Sabtu, 05 Agustus 2006

Sembilan Kabupaten di NTT Krisis Pangan Serius

[Tempo Interaktif] - Krisis pangan secara serius mulai mengancam sedikitnya 24.836 kepala keluarga yang tersebar di sembilan kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur. Stok pangan warga hasil panen tahun ini yang hanya mencukupi untuk empat bulan terhitung April-Juli membuat sebagian warga mulai mengkonsumsi bahan makanan lokal seperti putak yang diolah dari batang pohon gewang, atau mengkonsumsi biji pohon bakau, umbi-umbian dan hasil hutan lainnya.

Kondisi paling serius terjadi di tiga kabupaten yakni Kabupaten Belu dimana lebih dari 5.563 kepala keluarga beresiko tinggi mengalami ancaman rawan pangan, disusul Kabupaten Sikka 6.680 kepala keluarga dan kabupaten Lembata sebanyak 5.752 kepala keluarga.

Sedangkan sisanya 6.847 kepala keluarga tersebar di lima kabupaten lainnya
masing-masing Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Ende, Ngada, Manggarai dan Manggarai barat. Kepala Badan Bimbingan Masyarakat dan Ketahanan Pangan NTT, Petrus Langoday, yang dihubungi di Kupang, Sabtu (5/8) mengakui, menipisnya stok pangan padi dan jagung, membuat warga mulai beralih mengkonsumsi berbagai jenis pangan lokal non beras.

"Bila satu keluarga terdiri dari lima anggota keluarga dan masing-masing mengkonsumsi 400 gram beras setiap hari maka total bantuan beras yang dibutuhkan untuk intervensi delapan bulan ke depan pangan sebanyak 12.000 ton lebih," kata Langoday.

Selain 24.836 kepala keluarga yang beresiko tinggi mengalami rawan pangan, terdapat pula 37.736 kepala keluarga yang saat ini tercatat beresiko sedang mengalami rawan pangan namun belum tergolong serius karena stok pangan mereka masih bertahan sampai bulan Oktober mendatang.

"Bagi mereka yang beresiko sedang, pemerintah telah mengalokasikan beras sebanyak 9.000 ton lebih," lanjutnya.

Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah guna mengantisipasi terjadinya kelaparan yakni melibatkan masyarakat dalam berbagai proyek padat karya, bantuan langsung tunai dana kompensasi BBM senilai Rp100 ribu per bulan, dan bantuan beras untuk rakyat miskin.

Terjadinya masalah rawan pangan ini, disebabkan oleh berbagai faktor seperti bencana alam, tanah longsor dan rendahnya curah hujan. "Ada daerah tertentu seperti di Kabupaten Sikka, yang mengalami rawan pangan karena kelebihan curah hujan yang berakibat pada menurunnya produksi tanaman vanili,” kata Langoday.